Sunday, November 18, 2012

Remember when



Judul                    : Remember When

Pengarang          : Winna Efendi

Penerbit               : Gagas Media

Jumlah Halaman : 260 halaman

Kategori               : Fiksi Indonesia



“Love is a tiny elf dancing a merry little jig, and suddenly he turns to you with a machine gun.” (Unknown – p. 123)



Sinopsis

Bagi kita, senja selalu sempurna; bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas?

Lalu, saat kau berkata, "Aku mencintaimu", aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?


"Aku mencintaimu," katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna?

Takdir kita sudah jelas. Kau, aku, tahu itu.

Rating
 untuk kenangan jaman putih abu-abu

Review

Entah kenapa saya selalu saja skeptis bila sudah berurusan dengan penulis lokal. Bukan tidak menghargai produk dalam negeri namun terkadang cerita yang ditampilkan oleh para penulis lokal terlalu mengikuti gaya penulis di luar sono sehingga terkadang terkesan ganjil dan terlalu dipaksakan. Singkatnya terlalu kebarat-baratan.


Namun saya angkat jempol pada novel ini. Cerita yang ada dinovel ini masih lumayan kental Indonesianya. Ya... cerita lama tentang kisah kasih jaman SMU yang kemudian masih terbawa hingga masa kuliah... Cerita tentang persahabatan dan tentu saja cinta diantara Gia, Freya, Adrian, Moses ditambah dengan kehadiran Erik yang cukup menyegarkan suasana. Cerita yang berawal dari cinta dan persahabatan yang kemudian dipermanis dengan konflik saat tokoh-tokohnya mulai mempertanyakan cinta pada pasangannya ketika secara tidak sengaja cinta yang lain datang tanpa diminta.


Ceritanya cukup ringan dan dengan gaya penceritaan dari sudut pandang kelima tokohnya membuat perasaan para tokohnya terasa lebih dalam. Dan cukup membuat saya mengenang kembali masa-masa SMU belasan tahun yang lalu itu. Ya... seperti kata orang, masa SMU adalah masa yang tidak akan pernah terlupakan. 

Yang membuat saya kecewa, kenapa sih mesti ada cerita "sex before married"-nya meskipun porsinya tidak banyak. http://www.smileycodes.infoCerita sex before married sepertinya cukup sering menjadi konsumsi para penulis lokal. Sehingga terkesan sebuah cerita tidaklah sempurna tanpa adanya sex before married yang biasanya merujuk pada tingkat sosial dan tingkat pergaulan para tokohnya. Semakin sering atau semakin muda umur saat tokoh tersebut melakukan sex before married untuk pertama kalinya, maka semakin populer dan semakin kaya serta semakin gaul-lah tokoh tersebut. Biasanya seperti itu...

Hal lain yang membuat saya kecewa adalah jumlah halaman yang saya rasa terlalu tipis... Terlalu cepat selesai saat membacanya... http://www.smileycodes.infohttp://www.smileycodes.info

1 komentar:

Nita said...

“Love is a tiny elf dancing a merry little jig, and suddenly he turns to you with a machine gun.” (Unknown – p. 123)

[img]http://www.smileycodes.info/emo/mocmoc/16.gif[/img]

Post a Comment

 
;